JAKARTA, JITUNEWS.COM - Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia Nikolay Patrushev, pada Senin (13/3) mengatakan bahwa Jerman menghadapi penurunan ekonomi yang tak terelakkan setelah kehilangan akses ke energi Rusia. Ia juga menilai Jerman tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasi situasi tersebut karena Jerman bukanlah negara yang merdeka, baik secara politis maupun secara ekonomi.
“Jerman mencoba selama bertahun-tahun untuk membangun ekonominya dengan kombinasi energi Rusia yang murah dan teknologi canggih Jerman. Tidak seperti orang lain, ia menyadari bahwa serangan teroris terhadap [pipa Nord Stream] pasti akan menyebabkan ekonomi Jerman semakin merosot,” kata Nikolay Patrushev dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di surat kabar Argumenti i Fakti pada hari Senin.
Keuntungan yang dinikmati bisnis Jerman dengan mendapatkan akses ke bahan bakar Rusia telah lama mengganggu pemerintah AS dan Inggris, lanjutnya. Tetapi Berlin tidak bebas untuk terus bekerja sama dengan Moskow, “karena bangsa Jerman belum merdeka.”
Soal Negosiasi Damai Rusia-Ukraina, Lavrov: Tidak Ada Peluang
“Washington memaksakan agenda ekonomi dan lingkungannya di Berlin dan mempertahankan kekuatan militer berkekuatan 35.000 orang di tanahnya. Selama bertahun-tahun, Gedung Putih mengendalikan [mantan kanselir] Angela Merkel, dan sekarang memaksa kepemimpinan Jerman untuk memihak versi sabotase pipa yang menguntungkan otoritas AS,” kata Patrushev.
Ia menggambarkan perlakuan Amerika Serikat terhadap Jerman sebagai tindakan yang “memalukan”.
Seperti diketahui, surat kabar New York Times pekan lalu melaporkan bahwa laporan intelijen menyebut jika rusaknya jalur pipa gas Rusia-Jerman, Nord Stream, pada September 2022 lalu disebabkan oleh aksi sabotase yang dilakukan oleh kelompok pro-Ukraina.
Laporan itu muncul setelah jurnalis investigasi pemenang Hadiah Pulitzer, Seymour Hersh, menerbitkan sebuah laporan pada Februari 2023 yang mengatakan bahwa selama digelarnya latihan militer NATO Baltops pada musim panas 2022, sejumlah personil angkatan laut AS sengaja menanam bahan peledak untuk menghancurkan jalur pipa Nord Stream di Laut Baltik. Bahan peledak tersebut diaktifkan tiga bulan kemudian.
Penasihat Keamanan Nasional AS Minta Georgia Tak Bantu Rusia Hindari Sanksi Barat