JAKARTA, JITUNEWS.COM - Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan bahwa musim dingin berikutnya akan jauh lebih berat bagi Uni Eropa dibandingkan dengan musim dingin sebelumnya karena "krisis gas" akan terjadi di wilayah tersebut pada akhir tahun 2023 mendatang.
"Saya memuji upaya UE untuk mengatasi krisis gas musim dingin ini, tetapi musim dingin berikutnya akan lebih sulit," kata Fatih Birol dalam cuitan Twitter.
"Sebuah masterplan baru untuk industri Eropa sangat dibutuhkan," tambahnya.
AS Dukung Ukraina Serang Wilayah Krimea, Begini Reaksi Rusia
Hanya saja, Fatih Birol tidak memberikan rincian spesifik terkait upaya tersebut.
Seperti diketahui, setelah Rusia melancarkan operasi militer khususnya di Ukraina pada akhir Februari 2022 kemarin, negara-negara Eropa mulai menjatuhkan kebijakan sanksi terhadap Rusia. Selain itu, Eropa juga memutuskan untuk mengurangi pembelian komoditas energi dari Rusia dan terpaksa membeli gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat yang lebih mahal.
Hal tersebut membuat harga energi di pasar Eropa meningkat tajam dan membebani masyarakat.
Sebelumnya, pada November 2022 kemarin, sejumlah petinggi perusahaan migas Eropa mengatakan bahwa Uni Eropa saat ini masih dalam kondisi yang baik dalam hal cadangan energi selama musim dingin. Mereka memperingatkan bahwa krisis energi kemungkinan akan terjadi pada akhir tahun 2023 mendatang.
“Kami menghadapi musim dingin yang sulit di depan, dan setelah itu kami memiliki musim dingin yang lebih sulit di tahun depan karena produksi yang tersedia untuk Eropa pada paruh pertama tahun 2023 jauh lebih sedikit daripada produksi yang kami miliki. tersedia bagi kami pada paruh pertama 2022,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh CEO perusahaan minyak bumi BP, Bernard Looney.
Ia memperingatkan bahwa harga komoditas energi saat ini sudah "tidak terjangkau", dan masyarakat Uni Eropa menghabiskan lebih banyak anggaran untuk memenuhi kebutuhan energi harian mereka.
"Musim dingin berikutnya di Eropa dapat menjadi lebih menantang,” tambah Looney.
Jerman Tak Bisa Kirim Rudal Patriot untuk Ukraina, Ini Alasannya