JAKARTA, JITUNEWS.COM - Dinas Keamanan Norwegia (PST) telah memperingatkan bahwa aksi pembakaran kitab suci Al Qur'an bisa memicu terjadinya aksi terorisme di Norwegia.
Menurut asisten kepala PST Hedvig Moe, aksi bakar kitab suci Al Qur'an dapat menyebabkan Norwegia menjadi "target" serangan kelompok Islam ekstrim. Moe juga berpendapat bahwa "potret sesaat dapat memengaruhi persepsi situasi di dalam dan luar negeri."
Pada 3 Februari, kelompok aktivis anti-Islam di Norwegia, SIAN, yang selama bertahun-tahun telah membakar beberapa salinan Alquran untuk menunjukkan penentangannya terhadap Islam, berencana mengadakan aksi demonstrasi di depan Kedutaan Besar Turki di Oslo. Namun, permohonan ijin untuk aksi tersebut akhirnya ditolak oleh polisi karena masalah keamanan.
Tak Gentar dengan Tekanan Negara Barat, India Akan Tetap Beli Minyak Rusia
Menanggapi hal itu, Moe juga menegaskan tugas PST adalah melakukan penilaian secara luas, dan menyerahkan keputusan soal perijinan aksi pembakaran Al Qur'an kepada pihak kepolisian dan pihak berwajib.
Sebelumnya, seorang aktivis anti-Islam, Rasmus Paludan, pada Jumat (27/1) melakukan aksi pembakaran kitab suci Al Quran di dua lokasi yang berbeda, yakni di dekat masjid Kopenhagen dan di luar kantor kedubes Turki di Denmark, atau satu pekan setelah ia melakukan aksi serupa di depan kantor kedutaan besar Turki di Stockholm.
Paludan bahkan berjanji akan melanjutkan aksinya tersebut setiap hari Jumat hingga Swedia diijinkan bergabung dengan aliansi NATO.
Swedia dan Finlandia sendiri diketahui sudah mengajukan permohonan untuk menjadi anggota NATO, setelah Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina pada akhir Februari 2022 kemarin.
Namun, Swedia dan Finlandia masih memerlukan persetujuan dari semua anggota NATO, termasuk dari Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pada Senin awal pekan ini sudah mengisyaratkan bahwa Turki tidak akan memberikan ijin bagi Swedia untuk bergabung menjadi anggota NATO, karena aksi demonstrasi kontroversial yang dilakukan oleh para pendukung Partai Pekerja Kurdistan di Swedia, dan aksi pembakaran Al Quran oleh Rasmus Paludan.
“Pemerintah Swedia tidak perlu repot-repot menyebutkan hak dan kebebasan kepada kami,” kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Senin, setelah bertemu dengan kabinetnya di Ankara, dikutip Jitunews dari Russia Today.
Jumlah Korban Tewas Akibat Gempa Turki Kini Sudah Lebih dari 11 Ribu