JAKARTA, JITUNEWS.COM - Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, pada Kamis (2/2) menegaskan bahwa Serbia tidak berencana untuk bergabung menjadi anggota aliansi pertahanan NATO, serta akan tetap menjaga netralitasnya dalam bidang militer dan pertahanan.
"Pagi ini, saya mendengarkan pernyataan tidak masuk akal dari para patriot palsu yang mengatakan kami telah memimpin Serbia menuju integrasi Atlantik," kata Vucic pada pertemuan parlemen khusus pada hari Kamis (2/2), dikutip Jitunews dari Kantor berita TASS.
"Kami tidak (melakukan hal itu). Kami akan berpegang pada netralitas militer, dan, tidak seperti mereka yang menghancurkan tentara kami, kami sedang membangun pasukan kami sendiri," tegasnya.
AS dan Korsel Tingkatkan Aktivitas Militernya, Korut Ancam Kerahkan Senjata Nuklir
Apa yang disampaikan oleh Vucic tersebut mengacu pada perang selama 78 hari antara NATO melawan pemerintah Yugoslavia pada tahun 1999 silam. Pada saat itu, NATO melancarkan serangan udara untuk melindungi etnis Albania di Kosovo dari tindakan "genosida" yang dilakukan oleh tentara Yugoslavia.
Menurut pejabat Serbia, pengeboman yang dilakukan oleh NATO tersebut mengakibatkan kematian ribuan warga sipil, serta kerusakan material yang nilainya ditaksir mencapai lebih dari 100 miliar dolar.
Selama tiga bulan pengeboman, NATO menjatuhkan 15 metrik ton bom uranium di wilayah Serbia. Akibatnya, selama 10 tahun pertama setelah pengeboman Serbia menjadi negara Eropa dengan kasus kanker tertinggi, yakni 30.000 kasus, dan lebih dari separuh dari penderita kanker meninggal dunia.
Soal Pengiriman Senjata ke Ukraina, Presiden Austria: Kami Tidak Melihat Kemungkinan