JAKARTA, JITUNEWS.COM - Uni Eropa dan NATO pada hari Selasa (10/1) dikabarkan sudah menandatangani deklarasi kerjasama, dan bersumpah untuk membawa kemitraan mereka "ke tingkat berikutnya" dan menjanjikan dukungan berkelanjutan ke Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia.
Deklarasi tersebut ditandatangani oleh Sekertaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada sebuah upacara di markas besar blok militer pimpinan AS di Brussels.
“NATO dan UE memainkan peran yang saling melengkapi, koheren, dan saling memperkuat,” demikian bunyi dokumen yang ditanda-tangani oleh NATO dan Uni Eropa, dikutip Russia Today.
Terkait Penemuan Dokumen Rahasia, Trump Minta FBI Geledah Kediaman Presiden AS Joe Biden
Dokumen tersebut mengatakan bahwa mereka akan lebih lanjut memobilisasi perangkat instrumen gabungan yang mereka miliki, baik itu politik, ekonomi atau militer, untuk mengejar tujuan bersama demi keuntungan "satu miliar warga kita.”
Kedua organisasi negara Barat tersebut mengklaim bahwa “kepentingan, nilai, dan prinsip demokrasi” mereka sudah mendapat tantangan dari “aktor otoriter”, yakni Rusia dan China, yang mereka sebut sebagai ancaman terbesar yang mereka hadapi.
"Konflik di Ukraina “merusak keamanan dan stabilitas Eropa dan global dan dengan demikian kerjasama ini menjamin peningkatan keterlibatan NATO di benua itu," tambah dokumen itu.
NATO didirikan pada tahun 1949 sebagai aliansi militer pimpinan AS yang bertujuan melawan Uni Soviet. Enam tahun kemudian, Uni Soviet membentuk Organisasi Pakta Warsawa, tanggapan yang dipimpin Soviet atas dibentuknya NATO. Pakta Warsawa kemudian dibubarkan pada 1991 pasca runtuhnya Uni Soviet.
Pemerintah Rusia mengatakan ekspansi NATO ke Ukraina setelah kudeta 2014 adalah alasan utama untuk operasi militer saat ini. Pejabat Rusia juga menyesali transformasi Uni Eropa yang awalnya merupakan organisasi ekonomi dan politik menjadi organisasi seperti NATO.
Pada Desember lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov berpendapat bahwa NATO telah kembali ke tujuan awalnya, yakni untuk mencegah Rusia menjalin kerjasama dengan negara-negara Eropa.
"Tidak ada yang berubah. Mereka ingin menjauhkan Rusia dari Eropa, Amerika … telah memperbudak seluruh Eropa, dan tidak hanya Jerman, tetapi seluruh UE tetap terkendali,” kata Lavrov dalam sebuah wawancara.
Keanggotaan Eropa di dua blok sebagian besar tumpang tindih. Austria, Irlandia, Finlandia, dan Swedia diketahui merupakan negara anggota Uni Eropa, namun mereka tidak tergabung di dalam NATO. Sementara itu, Albania, Norwegia, Inggris, Turki, Montenegro dan Makedonia Utara, merupakan anggota NATO tetapi tidak menjadi bagian dari Uni Eropa.
Alami Sejumlah Kekalahan di Ukraina, Rusia Berniat Tingkatkan Peralatan Tempur