JAKARTA, JITUNEWS.COM - Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, pada Rabu (4/1) menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan menjatuhkan kebijakan sanksi anti-Rusia, mengikuti langkah yang diambil oleh negara-negara Barat.
Dalam sebuah konferensi pers yang digelar di Beograd, Vucic menjelaskan bahwa harga energi di Serbia merupakan salah satu yang terendah di Eropa, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hampir 2,5 persen di tahun 2022 dan angka pengangguran terendah sepanjang sejarah negara tersebut yakni 8,9 persen.
Menurutnya, semua ini tidak bisa dicapai jika Serbia menjatuhkan kebijakan sanksi anti-Rusia.
Rusia Sebut Italia Tak Bisa Jadi Mediator dalam Negosiasi Damai Moskow-Kiev, Ini Alasannya
“Mereka (Uni Eropa) bilang saya harus memberikan sanksi kepada Rusia. Yah, terima kasih banyak telah mencampuri urusan internal kami seperti itu,” kata Vucic kepada awak media, dikutip Russia Today.
Menyikapi klaim yang dilontarkan oleh salah satu surat kabar Jerman bahwa hanya Uni Eropa yang tegas yang dapat "menjinakkan" dirinya, Vucic menjawab:“Saya pernah membawa putri saya untuk melihat pertunjukan sirkus sekitar 15 tahun yang lalu,” katanya.
“Saya melihat gajah dan harimau di sana. Tapi saya belum pernah melihat serigala di sirkus, besar atau kecil. Biarlah itu menjadi pelajaran bagi mereka,” tambah Presiden.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Jerman dikabarkan sudah mendesak Serbia untuk memutuskan apakah mereka akan berpihak kepada Rusia atau Uni Eropa. Hal itu disampaikan oleh seorang pejabat pemerintah Jerman yang tidak disebut namanya kepada Reuters pada awal November 2022.
“Kebutuhan untuk mengambil keputusan semakin meningkat mengingat perkembangan geopolitik,” kata pejabat anonim itu, merujuk pada konflik di Ukraina.
Serbia sejauh ini telah menolak untuk memberikan sanksi kepada Rusia. Bahkan, Beograd dan Moskow menandatangani perjanjian pada bulan September untuk memperluas kerja sama dalam masalah kebijakan luar negeri.
Menurut pejabat tersebut, keselarasan sikap Serbia dengan Uni Eropa dalam urusan global merupakan prasyarat untuk bergabung dengan blok tersebut. Serbia sendiri telah menjadi calon anggota sejak 2009.
Ia menambahkan bahwa jika Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengingkari kesepakatannya dengan Moskow dan beralih ke Uni Eropa, Jerman akan menawarkan dukungannya.
"Jika dia memutuskan untuk pergi ke arah lain, ini akan memiliki konsekuensi sebaliknya," jelasnya.
Presiden Serbia: 2023 Jauh Lebih Sulit daripada 2022