JAKARTA, JITUNEWS.COM - Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, mengatakan bahwa senjata yang berasal dari zona konflik di Ukraina berkontribusi pada peningkatan tindak kekerasan dan ancaman terorisme di wilayah Sahel Afrika.
Hal itu ia ungkap dalam pidatonya di pertemuan puncak organisasi lima anggota Komisi Danau Chad Basin (LCBC) yang digelar pada hari Selasa (29/11).
“Sayangnya, situasi di Sahel dan perang yang berkecamuk di Ukraina menjadi sumber utama senjata dan pejuang yang memperkuat barisan teroris di Wilayah Danau Chad,” katanya, dikutip RT.com.
Berbicara dengan Kanselir Jerman, Putin Ungkap Alasan Rusia Hancurkan Infrastruktur Sipil dan Energi Ukraina
Selain mendapatkan senjata dari konflik Ukraina, kelompok teroris di wilayah Afrika juga menerima pasokan dari konflik Libya.
“Proporsi substansial dari senjata dan amunisi yang diperoleh untuk perang di Libya, akhirnya menyebar ke seluruh wilayah, sementara senjata yang digunakan “untuk perang di Ukraina dan Rusia sama-sama mulai menyebar ke wilayah tersebut,” tambahnya.
Oleh karena itu, ia meminta negara-negara di kawasan untuk meningkatkan langkah-langkah pengendalian perbatasan bersama dan tindakan penegakan hukum untuk mencegah penyebaran senjata-senjata ilegal itu.
Apa yang disampaikan oleh pemimpin Nigeria tersebut tentunya menjadi jawaban atas kekhawatiran banyak pihak terkait pengiriman pasokan senjata besar-besaran yang dilakukan oleh negara-negara NATO ke Ukraina.
Beberapa waktu lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa senjata yang dikirim oleh negara-negara Barat kepada Ukraina sudah mulai diperjual-belikan secara ilegal di pasar gelap.
Ia juga meminta semua pihak, khususnya negara-negara yang tergabung dalam Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) untuk meningkatkan kerja sama dalam memberantas terorisme.
“Ada risiko terus-menerus para penjahat mendapatkan senjata yang lebih kuat, termasuk sistem pertahanan udara portabel dan senjata presisi,” kata Putin, dikutip RT.com.
Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock pada awal Juni kemarin juga mendesak negara-negara anggota Interpol untuk secara aktif bekerja sama melacak senjata yang dikirim ke Ukraina. Kepala Interpol itu juga memperkirakan bahwa senjata ringan dan berat tersebut akan membanjiri pasar gelap internasional setelah konflik antara Moskow dan Kiev berakhir.
“Begitu senjata tidak digunakan, senjata ilegal akan datang. Kita mengetahui hal ini dari banyak panggung konflik lainnya. Para penjahat bahkan sekarang, seperti yang kita bicarakan, mengincarnya,” katanya, dikutip RT.com
"Kelompok-kelompok kriminal akan mencoba mengeksploitasi situasi kacau ini untuk mendapatkan persenjataan yang digunakan oleh militer dan termasuk senjata berat,” tambahnya.
Uni Eropa Tidak Bisa Seenaknya Menyita Cadangan Devisa Rusia