Jitunews.Com
2 Desember 2022 15:05 WIB

Tragis, Gara-gara Headset VR, Seorang Bocah di Amrik Tega Habisi Nyawa Sang Ibu

Seorang bocah laki-laki berusia sekitar 10 tahun di Wilwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat, menembak mati ibunya setelah dirinya tidak diijinkan untuk membeli headset VR

Ilustrasi (istimewa)

JAKARTA, JITUNEWS.COM - Pada pagi hari tanggal 21 November 2022, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun diduga menembak mati ibunya di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat. Bukti baru menunjukkan bahwa dia mungkin melakukannya dengan sengaja karena dia tidak akan membelikannya headset virtual reality (VR).

Menurut pihak kepolisian, bocah laki-laki tersebut awalnya mengatakan bahwa dirinya mendapatkan pistol dari kamar tidur ibunya, kemudian ia pergi ke ruang bawah tanah tempat sang ibu sedang mencuci pakaian. Bocah itu mengaku tidak sengaja menarik pelatuk.

Polisi memutuskan untuk tidak menahan bocah itu, dan mengizinkannya tinggal bersama keluarga.



Menlu Ukraina Minta Rusia Dikeluarkan dari Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa

Namun, sehari kemudian, bibi dari bocah tersebut tiba-tiba menelepon pihak kepolisian.

Menurut penuturan Sang Bibi, bocah tersebut mengaku sudah menyembunyikan satu set kunci rumah, termasuk kunci untuk membuka kotak penyimpanan pistol di kamar ibunya. Saat Sang bibi menanyainya tentang insiden penembakan itu, bocah laki-laki itu mengatakan bahwa saat dirinya mengarahkan pistol itu, ibunya berkata kepada bocah tersebut, “Mengapa kamu memilikinya? Letakkan itu.” Merasa panik atas kemarahan Sang ibu, bocah itu tidak sengaja menarik pelatuk.

Sang Bibi juga mengetahui bahwa bocah laki-laki itu sudah 'log in' ke akun Amazon ibunya dan memesan Oculus Virtual Reality Headset pada 22 November 2022. Kebetulan, pada pagi yang sama, anak laki-laki tersebut secara fisik menyerang sepupunya yang berusia 7 tahun, sebelum akhirnya dilerai. Sang Bibi kemudian mengantar bocah itu ke rumah neneknya untuk bertemu dengan petugas dari dinas kesejahteraan anak.

"Saya benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi. Saya minta maaf telah membunuh ibu saya," kata anak laki-laki kepada Sang Bibi usai bertemu dengan petugas dari dinas kesejahteraan anak.

Bocah itu kemudian bertanya apakah paket Amazonnya telah tiba.

Setelah informasi ini terungkap, polisi Milwaukee kembali mewawancarai bocah itu. Dia mengatakan kepada detektif bahwa dia mengarahkan pistol ke ibunya dengan dua tangan saat dalam posisi menembak. Awalnya, bocah itu mencoba menembak tembok untuk "menakut-nakuti" sang ibu. Nahas, sang ibu sudah berada di depannya dan terkena tembakan.

Bocah itu memberi tahu polisi bahwa dia mengambil pistol dari kamar Sang ibu pada Senin (21/11) pagi, dan kesal karena tidak diizinkan membeli sesuatu dari Amazon.

"Ini benar-benar tragedi keluarga," kata Angela Cunningham, salah satu pengacara bocah itu, dikutip AP News.

"Saya tidak berpikir siapa pun akan menyangkal atau tidak setuju dengan itu ... Sistem orang dewasa benar-benar tidak siap untuk memenuhi kebutuhan anak berusia 10 tahun," lanjutnya.

Bocah itu kini telah didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama dan berada dalam tahanan remaja. Undang-undang negara bagian Wisconsin menyatakan bahwa anak-anak berusia 10 tahun bisa dianggap sebagai orang dewasa untuk kejahatan tertentu. Namun, juga dimungkinkan untuk memindahkan kasus itu ke pengadilan anak.

Kepada pihak polisi, Sang Bibi mengatakan bahwa bocah itu memiliki riwayat perilaku yang "mengganggu". Di usia 4 tahun, ia pernah mengayunkan ekor anak anjing milik keluarganya sampai melolong kesakitan. Baru-baru ini, ia juga pernah mengisi balon dengan cairan yang mudah terbakar dan membakarnya di rumah.

Saat ditanya mengapa dia melakukan hal-hal seperti itu, bocah itu mengatakan bahwa "dua saudara perempuannya menyuruhnya melakukannya". Ketika dia ditanyai lebih lanjut, bocah itu mengatakan bahwa dia memiliki lima orang teman imajiner yang berbeda: dua saudara perempuan, seorang wanita tua, dan dua orang pria, dimana salah satunya ia digambarkan sebagai sesosok yang "jahat".

Uni Eropa Janji Nggak Akan Intervensi Urusan Domestik China, Bagaimana dengan Isu Taiwan?
Halaman:
  • Penulis: Tino Aditia

Rekomendasi

 

Berita Terkait