JAKARTA, JITUNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Minggu (27/11) mengatakan bahwa pihaknya berusaha untuk menjadi negara dengan kemampuan nuklir terkuat di dunia. Dia juga menyinggung soal uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) baru-baru ini, sebuah rudal yang diperkirakan mampu mencapai daratan AS.
Dikutip oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), Kim mengatakan bahwa "tujuan akhir Korea Utara adalah untuk memiliki kekuatan strategis paling kuat di dunia, kekuatan absolut yang belum pernah terjadi sebelumnya di abad ini."
Dia juga menggambarkan ICBM Hwasong-17 sebagai “senjata strategis terkuat di dunia,” mengklaim bahwa pejabat Korea Utara dan para ilmuwan di balik peluncuran tersebut “membuat lompatan maju yang luar biasa dalam pengembangan teknologi pemasangan hulu ledak nuklir pada rudal balistik”, dimana hal itu menunjukkan tekad kuat Pyongyang untuk membangun "tentara terkuat di dunia".
Eropa Alami Krisis Ekonomi Akibat Konflik Ukraina-Rusia, NATO: Rakyat Ukraina Membayar dengan Darah
Menurut KCNA, rudal tersebut telah “membuktikan dengan jelas” bahwa Korea Utara adalah “kekuatan nuklir penuh yang mampu melawan supremasi nuklir imperialis AS.”
Menurut Kim Jong-un, tujuan Korea Utara menembakkan rudal ICBM Hwasong-17 pada 18 November 2022 adalah sebagai "pencegahan nuklir luar biasa" mereka di tengah meningkatnya "ancaman militer AS" dan sekutunya di kawasan itu.
Pada saat itu, pejabat Korea Utara mengatakan ICBM Hwasong-17 menempuh jarak hampir 1.000 km (620 mil) dan mencapai ketinggian 6.040 km (3.750 mil) sebelum mendarat “secara akurat di perairan yang direncanakan di Laut Timur Korea.”
Tes tersebut mendapat kecaman dari anggota Dewan Keamanan PBB, termasuk AS, Inggris, Perancis, dan India. Sejumlah negara itu menyebut apa yang dilakukan oleh Korea Utara merupakan "eskalasi serius" yang "menimbulkan ancaman tegas terhadap perdamaian dan keamanan internasional."
Meski begitu, Dewan Keamanan PBB tidak bisa mengeluarkan resolusi formal karena China dan Rusia menentangnya.
Banyak Negara NATO Mulai Kehabisan Senjata untuk Dikirim ke Ukraina