JAKARTA, JITUNEWS.COM - Media Amerika Serikat, New York Times, pada Sabtu akhir pekan kemarin mengabarkan bahwa pengiriman senjata ke Ukraina telah membuat cadangan senjata negara-negara NATO semakin menipis. Hal itu membuat mereka kesulitan untuk melanjutkan pengiriman senjata kepada Kiev, ditengah meningkatnya intensitas serangan udara Rusia belakangan ini.
“Negara-negara (NATO) yang lebih kecil telah kehabisan potensi (senjata) mereka,” tulis New York Times dalam salah satu artikelnya.
Surat kabar tersebut menambahkan bahwa seorang pejabat NATO mengungkapkan bahwa setidaknya 20 dari 30 anggota blok itu kehabisan senjata.
Erdogan Sebut Tidak Ada yang Bisa Hentikan Operasi Militer Turki di Suriah
Hanya “sekutu yang lebih besar”, termasuk Prancis, Jerman, Italia, dan Belanda, yang memiliki persediaan yang cukup untuk melanjutkan atau berpotensi meningkatkan pengiriman senjata mereka ke Ukraina.
Sejak dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina pada akhir Februari, AS dan sekutu Baratnya telah memberikan bantuan keamanan kepada Kiev, yang nilainya ditaksir mencapai USD 40 Miliar. Angka tersebut sebanding dengan anggaran pertahanan tahunan Perancis.
Sementara itu, Moskow juga sudah berulang kali memperingatkan bahwa pengiriman senjata hanya akan memperpanjang konflik dan meningkatkan risiko konflik langsung antara Rusia dan NATO.
Menurut New York Times, karena pemerintah Ukraina terus meminta lebih banyak senjata, stok yang dimiliki oleh negara-negara Uni Eropa semakin menipis. Jerman, salah satunya, sudah "mencapai batasnya" pada awal September kemarin. Kondisi yang sama juga dialami oleh Lithuania, yang kini tidak memiliki senjata lagi untuk disumbangkan kepada Ukraina.
Di sisi lain, banyak pihak yang khawatir jika senjata yang dikirim oleh NATO tersebut kemungkinan akan berakhir di pasar gelap.
Pada Oktober kemarin, Biro Investigasi Nasional Finlandia (NBI) melaporkan bahwa pihaknya sudah mendapatkan informasi jika sejumlah kelompok kriminal di negara Eropa Utara tersebut sudah memiliki akses untuk mendapatkan senjata-senjata yang seharusnya dikirim oleh negara Barat ke Ukraina.
Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock pada awal Juni kemarin juga mendesak negara-negara anggota Interpol untuk secara aktif bekerja sama dalam melacak senjata yang dikirim ke Ukraina. Kepala Interpol itu juga mengatakan dia memperkirakan bahwa senjata ringan dan berat tersebut akan membanjiri pasar gelap internasional setelah konflik antara Moskow dan Kiev berakhir.
“Begitu senjata tidak digunakan, senjata ilegal akan datang. Kita mengetahui hal ini dari banyak panggung konflik lainnya. Para penjahat bahkan sekarang, seperti yang kita bicarakan, mengincarnya,” katanya, dikutip RT.com
"Kelompok-kelompok kriminal akan mencoba mengeksploitasi situasi kacau ini untuk mendapatkan persenjataan yang digunakan oleh militer dan termasuk senjata berat,” tambahnya.
Eropa Alami Krisis Ekonomi Akibat Konflik Ukraina-Rusia, NATO: Rakyat Ukraina Membayar dengan Darah