Jitunews.Com
10 November 2022 16:49 WIB

Pasukan Rusia Ditarik Mundur dari Wilayah Kherson, Sekjen NATO: Kita Tidak Boleh Meremehkan Rusia

Sekjen NATO meminta negara-negara sekutu Ukraina untuk tidak meremehkan kemungkinan pasukan Rusia merebut kembali wilayah Kherson

Pelabuhan di Kota Kherson (Marine Link)

JAKARTA, JITUNEWS.COM - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Rabu (9/11) menyebut mundurnya pasukan militer Rusia ke tepi kiri Sungai Dnieper, di wilayah Kherson, sebagai kemenangan bagi Ukraina. Meski demikian, ia memperingatkan kepada negara-negara Barat untuk tidak meremehkan Rusia.

Ditanya ditanya oleh wartawan di London tentang pengumuman penarikan pasukan Rusia dari wilayah Kherson, Stoltenberg memuji pasukan Kiev atas kemampuan mereka untuk "membebaskan lebih banyak wilayah Ukraina." Ia juga menekankan bahwa pencapaian tersebut tidak bisa diperoleh tanpa bantuan dan dukungan dari negara-negara NATO.

"Kami telah melihat pengumumannya, tetapi kami tentu saja akan menunggu dan melihat apa yang sebenarnya terjadi di lapangan," katanya.



Uni Eropa Ingin Beri Pinjaman Lunak untuk Bantu Ukraina Tapi Hungaria Menolak, Ini Alasannya

Dalam sebuah wawancara dengan media Inggris Sky News, Stoltenberg tetap meminta negara-negara NATO untuk mewaspadai potensi Rusia untuk merebut kembali wilayah Ukraina yang sebelumnya mereka duduki.

“Tapi kita tidak boleh meremehkan Rusia, mereka masih memiliki kemampuan,” kata Soltenberg.

“Kami telah melihat drone, kami telah melihat serangan rudal. Ini menunjukkan bahwa Rusia masih dapat menimbulkan banyak kerusakan,” tambahnya.

Komandan pasukan Rusia dalam operasi militer di Ukraina, Jenderal Sergey Surovikin, diketahui memilih untuk menarik pasukan dari wilayah Kherson pada Rabu (9/11), meski pasukan Rusia berhasil menangkis sejumlah serangan besar yang dilancarkan oleh militer Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.

Dilansir dari RT.com, Surovikin menjelaskan bahwa kepentingan Rusia adalah membangun pertahanan di tepi kiri sungai Dniper untuk menghindari pengepungan.

Dia beralasan bahwa jika Kiev berhasil meledakkan bendungan Kakhovskaya, yang telah dibombardir dengan rudal selama lebih dari sebulan, banjir yang diakibatkannya akan menyebabkan jatuhnya korban dalam jumlah besar, baik dari kalangan warga sipil maupun militer, di wilayah Kherson.

Ia menambahkan bahwa pasukan Rusia telah mengevakuasi penduduk sipil Kherson selama berminggu-minggu sementara militer Ukraina secara membabi buta dan “tanpa pandang bulu” menembaki wilayah tersebut. Surovikin berpendapat bahwa tidak mungkin untuk memasok logistik ke wilayah yang sudah bergabung dengan Federasi Rusia pada September 2022 tersebut, dibawah bombardir Ukraina.

"Lebih dari 115.000 penduduk telah dipindahkan dari tepi kanan," kata sang jenderal.

Meskipun NATO berulang kali mengklaim bahwa mereka tidak terlibat dalam konflik Ukraina secara langsung, namun negara-negara anggota aliansi tersebut telah memasok senjata ke Ukraina sejak dimulainya serangan Rusia pada Februari kemarin. Menurut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu, NATO juga telah meningkatkan jumlah pasukannya yang mereka siagakan di sepanjang perbatasan barat Rusia.

Stoltenberg telah berjanji untuk meningkatkan ukuran "pasukan respons cepat" menjadi lebih dari 300.000 personil. NATO juga menyatakan Rusia sebagai "ancaman paling signifikan dan langsung" terhadap perdamaian dan keamanan dalam dokumen strategis utamanya yang diperbarui pada bulan Juni kemarin.

Vladimir Putin Nggak Jadi Hadiri KTT G20, Kedubes Rusia: Berpartisipasi secara Virtual
Halaman:
  • Penulis: Tino Aditia

Rekomendasi

 

Berita Terkait