JAKARTA, JITUNEWS.COM - Komite Wasit PSSI sekaligus Ketua Asprov PSSI Jatim, Ahmad Riyadh mengungkapkan federasi telah menjalin komunikasi dengan FIFA dan AFC soal penyebab ratusan orang meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
PSSI, dalam komunikasi itu, mengatakan pelanggaran aturan FIFA terkait penggunaan gas air mata bukan dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Menurut Riyadh, petugas kepolisian di Kanjuruhan tahu aturan FIFA mengenai gas air mata. Kendati begitu, gas air mata tetap dibawa lantaran kepolisian memiliki aturan tersendiri untuk mengendalikan massa.
Komentari Tragedi Kanjuruhan, Ade Armando Sebut Suporter Arema Pangkal Masalah
"Ini bukan perbuatan pemerintah, hanya oknum saja yang salah, sehingga dengan cepat responsif, cepat mengambil tindakan,” kata Riyadh di Malang, Selasa (4/10), dilansir dari cnnindonesia.com.
Diketahui, gas air mata ditembakkan polisi usai sejumlah suporter turun ke lapangan pasca laga Arema versus Persebaya, Sabtu (1/10) malam.
Namun tak hanya ke lapangan, gas air mata juga diarahkan ke tribune penonton. Hal itu memicu kepanikan suporter.
Suporter berupaya keluar dari stadion untuk menghindari dampak gas air mata. Akan tetapi pintu beberapa tribune tiba-tiba ditutup sehingga suporter saling berdesakan.
Tak sedikit dari mereka yang terinjak-injak dan mengalami sesak napas. Kejadian ini mengakibatkan banyak orang pingsan dan meninggal.
Data kepolisian menyebutkan, korban meninggal dunia atas tragedi Kanjuruhan mencapai 125 orang. Sementara itu, jumlah korban luka berat yang tercatat adalah 21 orang. Dan korban luka ringan 304 orang.
Suporter Bayern Munchen Kenang Tragedi Kanjuruhan: Lebih dari 100 Orang Dibunuh Polisi