BRUSSELS, JITUNEWS.COM - Wabah Influenza telah kembali melanda Eropa pada musim dingin ini dengan tingkat yang lebih cepat dari perkiraan setelah hampir menghilang tahun lalu. Hal itu meningkatkan kekhawatiran tentang "twindemic" atau pandemi kembar yang berkepanjangan ditengah penyebaran varian baru COVID-19 dan keraguan tentang efektivitas vaksin.
Kebijakan lockdown, pemakaian masker, dan aturan jarak sosial yang telah menjadi norma di Eropa selama pandemi COVID-19. Aturan tersebut juga terbukti mampu menekan penyebaran wabah flu pada musim dingin 2020-2021 lalu.
Tetapi itu sekarang telah berubah ketika negara-negara mengadopsi langkah-langkah yang kurang ketat untuk memerangi COVID-19 seiring dengan meningkatnya rasio vaksinasi.
Soal Klaim Laut China Selatan, Beijing Tegaskan Tak Ingin Tindas Negara Tetangga
Sejak pertengahan Desember, virus flu telah beredar di Eropa pada tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Uni Eropa (ECDC) melaporkan bulan ini.
Pada bulan Desember, data ECDC dan Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa jumlah kasus flu di unit perawatan intensif Eropa (ICU) terus meningkat.
“Jika kita mulai mencabut semua tindakan, kekhawatiran besar yang saya miliki untuk influenza adalah, karena kita sudah lama sekali hampir tidak ada sirkulasi di populasi Eropa, mungkin kita akan beralih dari pola musiman normal,” katanya, dikutip Al Arabiya.
Dia mengatakan membongkar langkah-langkah pembatasan di musim semi dapat memperpanjang sirkulasi flu jauh melampaui akhir normal musim Eropa pada Mei.
"Twindemic dapat memberikan tekanan berlebihan pada sistem kesehatan yang sudah kewalahan," kata ECDC dalam laporannya.
Di Prancis, tiga wilayah - termasuk wilayah Paris - menghadapi epidemi flu, menurut data yang diterbitkan oleh kementerian kesehatan Prancis pekan lalu. Lainnya berada dalam fase pra-epidemi.
Musim ini, Prancis sejauh ini mencatat 72 kasus flu serius, dengan enam kematian.
Irak Sudah Pulangkan 4.000 Warganya yang Terjebak di Perbatasan Belarusia