WASHINGTON, JITUNEWS.COM - Pihak intelijen dan lembaga hukum AS tidak menemukan satu pun bukti yang mengindikasikan adanya intervensi dari pihak asing terhadap penyelenggaraan pemilu AS yang akan digelar pada bulan November mendatang.
Sejumlah tokoh intelijen AS sebelumnya telah mengatakan bahwa Rusia, China dan Iran berupaya untuk menyebarkan disinformasi kepada masyarakat AS menjelang pilpres, dimana Donald Trump berupaya untuk memenangkannya kembali.
Untuk diketahui, dengan adanya situasi pandemi ini, AS berencana untuk menggelar pemilihan presiden dengan cara pengiriman surat suara melalui pos atau yang mereka sebut sebagai 'mail-in balloting'.
AS Peringatkan Hacker Korea Utara Tingkatkan Operasi Perampokan Bank di Seluruh Dunia
Meski demikian, sejumlah badan intelijen AS mengatakan bahwa upaya intervensi yang dilakukan oleh pihak asing tersebut tidak dapat menyasar sistem pemilihan tersebut.
"Kami tidak menemukan bukti intelijen bahwa negara asing berupaya untuk mengacaukan (mail-in balloting)," kata seorang intelijen senior AS yang tidak disebut namanya dikutip dari Reuters pada Kamis (27/8).
Sejumlah lembaga intelijen AS dan Robert Mueller, mantan penasihat khusus AS menyatakan bahwa Rusia menggunakan kampanye propaganda dan aksi peretasan untuk meningkatkan elektabilitas Donald Trump pada tahun 2016 lalu.
Sebelumnya, Donald Trump, yang hasil survey menunjukkan bahwa elektabilitasnya masih kalah dari Joe Biden, beberapa kali menyatakan bahwa sistem pemilihan mail-in balloting tersebut sangat beresiko penuh dengan kecurangan. Oleh karena itu, ia bersikeras untuk menggelar pemilihan secara langsung seperti tahun-tahun sebelumnya. Ia juga sempat memunculkan rencana untuk menunda pilpres AS hingga situasi pandemi Covid-19 reda.
Saran CDC AS: Orang Tanpa Gejala Tak Perlu Lakukan Test Covid-19