WASHINGTON, JITUNEWS.COM - Pemerintah Amerika Serikat pada Rabu (26/8) memperingatkan jika saat ini peretas atau hacker Korea Utara tengah berupaya meningkatkan operasi mereka dalam perampokan bank di seluruh dunia.
"Sejak Februari 2020, Korea Utara terus berupaya menarget bank-bank di sejumlah negara untuk melakukan transfer uang dan pembobolan ATM," demikian peringatan yang ditulis oleh sejumlah lembaga pemerintahan AS, termasuk Departemen Treasury dan Badan Itelijen FBI, dikutip dari Reuters pada Kamis (27/8).
Pihak AS menyebut aksi hacking tersebut sebagai "uang cepat" dan menuduh agen mata-mata Korea Utara, RGB, adalah dalang dari semua aksi tersebut. AS menyebut bahwa tindakan yang melanggar hukum tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2016 lalu.
Turki Akan Lakukan Apapun untuk Melindungi Hak Mereka di Laut Mediterania
"Aktor-aktor siber Korea Utara telah menunjukkan sebuah skill imajinatif untuk menyesuaikan taktik mereka dalam mengeksploitasi sektor finansial, sebagaimana sektor lainnya melalui operasi siber terlarang," kata Bryan Ware, salah satu pejabat senior keamanan siber AS dalam sebuah pernyataan.
Sejumlah pakar keamanan siber dan analis politik internasional telah mengatakan bahwa tipe operasi hacking semacam ini dilakukan untuk membantu pemerintah Korea Utara dalam memperoleh sumber pendanaan
"Serangan yang terus berlanjut merupakan bukti adanya ketergantungan rezim (Korea Utara) pada aliran dana ini, dan menunjukkan (kepada dunia internasional) soal kemampuan teknis dan tekad yang mereka miliki," kata Vikram Thakur, Direktur Teknis Symantec, agen keamanan siber AS.
Kedapatan Langgar Aturan PSBB Irlandia, Komisioner Uni Eropa Resign